Kamis, 04 Juni 2009

Kambing... Asset yang terjaga Nilainya


Tiga pekan lagi kita akan merayakan Idul Adha sekaligus kesempatan untuk menambah pahala dengan menyembelih hewan Qurban.Sudah lama saya tidak mengurusi harga kambing, terakhir ngurusi ketika menjadi ketua DKM di Masjid komplek dan ikut memantau harga-harga kambing yang ditawarkan supplier. Saat itu (2002-2003) harga kambing masih dikisaran Rp 500 ribu-an.Hari-hari ini pedagang kambing mulai ramai menjajakan kambingnya di pinggir-pinggir jalan; saya perhatikan kambing-kambing yang sedang harganya sudah diatas Rp 1 juta-an.Kok cepat amat ya naiknya ?. Inilah realita daya beli uang kita.Harga kambing-kambing tersebut sesungguhnya tidak berubah selama 1400 tahun lebih. Di zaman Rasulullah SAW harga kambing pada kisaran 1 Dinar; maka satu Dinar sekarang (Rp 1,215,000 pada saat artikel ini saya tulis) tetap dapat untuk membeli kambing dengan ukuran sedang.Tidak demikian halnya dengan uang kertas baik itu Rupiah, US$ maupun uang kertas dari negeri manapun – belum ada yang terbukti survive dalam jangka panjang.Apabila trend kenaikan harga kambing (sama dengan kenaikan harga Dinar) tetap seperti rata-rata trend 40 tahun terakhir yaitu naik 23.30 %/tahun; maka kambing Qurban yang sekarang harganya Rp 1.2 juta; 5 tahun lagi akan menjadi Rp 3.4 juta dan 40 tahun lagi akan menjadi Rp 5.22 Milyar ! Wow nggak masuk akal kah ?.
Lagi-lagi inilah realita uang kita. Gunakan rumus finansial dasar FV=PV*(1+i)^t maka Anda akan ketemu angka-angka tersebut.Tetap tidak masuk akal membeli seekor kambing seharga Rp 5.22 Milyar ?; Waktu saya berusia 5 tahun tahun harga kambing cuma Rp 1,600 perak. Saat itu (kalau toh saya sudah bisa berpikir) tentu nggak kebayang kalau 40 tahun kemudian harga kambing menjadi Rp 1.2 juta !, tetapi ini sekarang terjadi.Sebelum harga kambing menjadi Rp 5.22 milyar; sangat banyak yang bisa terjadi terhadap uang fiat kita. Oleh karenanya pemahaman dampak inflasi terhadap daya beli uang kita dalam rentang waktu yang panjang ini perlu kita kuasai agar kita tidak menjadi korban inflasi.Bapak-bapak kita, kakak-kakak kita yang lebih dahulu memasuki usia pensiun banyak sekali yang sekarang menderita secara finansial – karena mereka menjadi korban inflasi yang tidak pernah mereka sadari – apalagi lagi meng-antisipasi-nya.Coba perhatikan grafik diatas contohnya. Kalau Anda memiliki saudara tua yang mulai bekerja tahun 60-an; kemudian pensiun tahun 90-an; apa yang terjadi sekarang ?.Uang pensiun yang dikumpulkan dari jerih payah mereka selama 30-an tahun bekerja; nilainya menjadi sangat tidak berarti karena harga kambingpun sudah naik 720 kali dibandingkan dengan harga kambing pada saat mereka mulai bekerja.Lantas apakah kita harus rame-rame memindahkan dana pensiun kita pada kambing ? Why not ? .Tetapi kambing hanyalah representasi asset riil yang memiliki nilai terjaga; selain ke kambing tentu bisa ke asset riil lainnya berupa Dinar Emas, perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan berjibun pilihan investasi benda riil lainnya. Produktif dan insyaallah tidak tergerus inflasi. Wallahu A’lam.

Jumat, 29 Mei 2009

Bisnis Kambing


melalui PT. Harmonia Saga Makmur (HSM), dia mengembangkan Aqiqah Center, pusat penjualan kambing untuk keperluan akikah (perayaan setelah kelahiran bayi dengan mencukur rambut dan member nama). Lucu? tunggu dulu, jangan sepelekan bisnisnya. Boleh dibilang. kini Andrilah pengusaha kambing terbesar di Jabotabek. Saat Idul Adha, setidaknya 2500 ekor kambing bisa dijualnya, dia juga cerdik: sukses menggandeng 15 rumah sakit di Jabotabek (di antaranya Hermina, Sari Asih dan Insani), untuk menyediakan kambing akikah buat pasien yang membutuhkan, juga, memasok beberapa pasar (100 ekor/hari) dan menjadi penyelanggara akikah missal untuk korporat. MInyak Telon Cap Lang sebut saja, pernah menunjukHSM sebagai pelaksana untuk akikah 200 ekor kambing.Tak ada sesuatu yang datang begitu saja. Andri mulai belajar bisnis ketika kuliah, semasa di ITB. Dia pernah membuka usaha rental komputer dan setelah lulus berjualan buah-buahan di Tanah Tinggi, Jakarta . Mantan manajer pemasaran di perusahaan distribusi komputer ini sejak awal memang tertarik dengan dunia wirausaha. Pada 2004 bersama teman-temannya dia mendirikan lembaga incubator bisnis bersama Lembaga Pengelolahan, Pembinaan dan Pengembangan Wirausaha (LP3W) Harmonia. Kegitatannya: menyelenggarakan seminar kewirausahaan. Lembaga ini sempat juga menjual berbagai produk elekronik seperti digital printing, telepon seluler dan panel lisrik.Namun, kelahiran Jakarta 1972 ini akhirnya berkesimpulan bahwa berbisnis mesti fokusdan tidak harus dibidang High tech. Dia pun lalu memilih usaha pinggir jalan: bisnis kambing Dengan harapan kami bisa membuat contoh usaha bisnis kambing yang berhasil dan kemudian mengangkat gengsi dan taraf hidup peternak kambing, ujar Andri yang memulai bisnis kambing pada Februari 2006 dengan modal awal Rp 15 juta, dialokasikan untuk menyewa tempat, membangun kandang dan membeli beberapa ekor kambing.Awalnya Andri mengarap pesanan musiman seprti Idul Adha. Lalu, berlanjut ke momen yang datengnya bisa kapan saja, seperti akikah. Untuk promosi, dia memasang banner mini di pohon-pohon, member voucer diskon akikah sebagai cendramata pernikahaan, hingga mendekati berbagai rumah sakit dan bidan. Waktu itu belum ada yang melakukan pendekatan ke kalangan rumah sakit. Pihak rumah sakit memberi informasi ketika pasien akan membuat akte kelahiran.Bisnis kambing itu rupanya berjalan baik. Apalagi , setelah dia mendapatkan suntikan modal dari mitra investor, khususnya Muriatno Albaro dan Affendi Arsyad besan pemilik masjid kubah emas Depok, Dian Almahri. Setelah setahun berjalan, Andri pun mendirikan CV Harmonia Adil Mandiri dan belum lama ini diubah menjadi HSM. Omsetnya?Kini HSM per tahun mencapai Rp 5 miliar dari hasil ternak di dua tempat: Balaraja, Tangerang seluas 7.500 m2 dan Rangkasbitung, Banten, seluas 4 hektar. Untuk mempercepat perkembangan bisnisnya, dia juga mendirikan Kelompok Peternak Saga Makmur diresmikan Wakil Bupati Tangerang H. Rano Karno dan Koperasi Peternak yang diresmikan Menteri Koperasi H. Suryadarma Ali.Faizal Amry Jalil adalah salah satu pelanggan HSM yang membeli kambing untuk kebutuhan seperti akikah dan Hari Raya Qurban. Saya sudah beberapa kali membeli dari Andri Fajria. Awalnya dia membeli karena tahu dari brosur, tapi kemudian dia selalu membeli di HSM setelah mengetahui kualitas kambingnya.Bekerja sama dengan PT. Rekayasa Industri, Andri berencana membuka 5 Ha area peternakan di Cibubur, Jakarta Tahun 2009, Andri dkk. juga akan membangun usaha yang mendatangkan nilai tambah, seperti membuat kerajinan kulit, tulang, tanduk dan bulu, serta membuat usaha bakso kambing keliling. Tahun 2010 kami akan dirikan pabrik pengelolahan kambing dan pada 2011 kawasan peternakan kami di Balaraja akan menjadi agrowisata khusus kambing, papar dosen tamu Institut Teknologi Bandung dan Universitas Andalas untuk mata kuliah Kewirausahaan ini.Afendy Arsyad, Komisaris HSM, menambahkan, Aqiqah Center akan mengelola segala kebutuhan akikah bagi masyarakat Jabotabek Bahkan tak hanya akikah, nantinya diupayakan menjadi sarana bagi masyarakat untuk mengetahui seluk beluk kambing, bahkan melakukan diversifikasi dengan membuat sosis daging kambing dan restoran dengan masakan berbahan kambing.Kami ingin fokus di sini, ujar mantan Camat Mauk Tangerang ini. disadur dari majalah SWA edisi 25/XXIV/24 November - 3 Desember 2008Dalam/ Sumber :